29 Sep 2011

Sampean Temani Saya Makan Ya...


Mbangkong di waktu shubuh bagi sebagian santri ada yang telah menjadi tradisi, Ndak tahu kenapa, apa memang waktu seperti itu merupakan waktu yang sungguh menggugah selera untuk berasyik masyuk dengan bantal. Adalah Kiai Fattah Hasyim, tiap waktu sholat shubuh beliau selalu berkeliling dari kamar ke kamar  membangunkan para santri untuk sholat berjama’ah.  Adalah Sarkam, santri yang berangasan dan gemar olah kanuragan ini kesulitan bangun shubuh karena kecapekan habis latihan gelut waktu malamnya.
Saat Kiai Fattah keliling dari kamar ke kamar hingga tiba giliran masuk kamarnya Sarkam, beliau membuka pintu kamar dan membangunkan para santri, “Shubuh… Shubuh…”, sambil mengetuk-ngetuk pintu. Seisi langsung njenggirat dan berlari ke kamar mandi. Lain halnya Sarkam, ia sama sekali tidak bergeming. Kiai Fattah mendekatinya dan nggebloki dengan sorban. Sarkam langsung njingkat dan pasang kuda-kuda seakan bersiap menghadapi serangan lawan. Masih belum sadar bahwa orang yang berdiri dihadapannya adalah Kiai Fattah yang ia lihat tampak diam saja,  ia segera mencengkeram kra baju beliau dan mengepalkan tangannya seperti hendak memukul. Demi melihat “lawan”nya diam saja tanpa melakukan perlawanan ia segera membuka matanya yang memang belum melek seratus persen.
Saat ia buka matanya, O….. ia kaget bukan kepalang, ia langsung “melesat” menuju kamar mandi. Dan saking kagetnya tanpa sadar saat ia melepaskan cengkeraman tangannya ia membuat tubuh Kiai Fattah terdorong ke belakang - Kiai Fattah hanya tersenyum saja…
Semenjak kejadian itu Sarkam merasa gelisah bukan main, antara malu, takut, rasa bersalah, berputar-putar memenuhi benaknya, hingga ia tak berani sedikitpun menampakkan batang hidungnya dihadapan Sang Kiai. Kiai Fattah menyadari akan keadaan santrinya itu.  Paginya ia memanggil sarkam.
Semakin gundah gulana hati sarkam mendapatkan panggilan itu, “Pasti saya bakal dimarahi habis-habisan…”, pikirnya.
Setiba Sarkam berada dihadapan Kiai, Kiai Fattah  langsung berkata sambil tersenyum, “Ayo, Kang, aku sampean kancani mangan bareng, iki maeng tas oleh rejeki pitik panggang utuh, ora entek yen tak pangan ijen… (Ayo, Kang, sampean temani saya makan bareng ya…, barusan dapat rejeki ayam pangang utuh, ndak habis kalau saya makan sendiri).
Sarkam hanya bisa ndlahom…


Lahu Al Faatihah....


3 komentar:

  1. hahahahaha Lucu Gus. Teringat temen se-kamarku dulu Gus. kejadian yang mirip terjadi ketika salah satu santri sedang asyik benah2 kamar di waktu tengah malam terdengar oleh sang Kyai, lalu sang Kyai menghampiri suara itu, setibahnya dikamar santri, sang Kyai mengetuk pintu berkali-kali tanpa berucap apapun. Sepontan Santri itu langsung berkata "Diamputt gak tutupan pintune, buka wae" ketika sang Kyai membuka pintu kamar santri itu, santri malu bukan kepalang. Sang Kyai hanya tersenyum hehehehe.


    Yaa begitulah kesabaran para Kyai jika menghadapi sesuatu ketulusan & kemaslahatan selalu dikedepankan. Semoga kita bisa mentauladaninya.

    BalasHapus
  2. Siip tenan, Gus.. Pancen dadi Kiai sing tememenan tibak'e yo ora gampang. hahaha

    BalasHapus
  3. keren critanya...kesabaran yg luar biasa, salam kenal Mas..

    BalasHapus