10 Mei 2010

Naiknya Harus Pakai Tangga

Semasa hidupnya, Kiai wahab dan Kiai Bisyri yang keduanya adalah paman dan keponakan sekaligus tokoh pendiri NU, dikenal sering berbeda pendapat dalam penerapan masalah-masalah hukum fiqih. Tetapi meski demikian keduanya tetap selalu rukun dalam kehidupan keseharian, bahkan kemana-mana selalu runtang-runtung bersama.
Konon suatu ketika menjelang Hari Raya Idul Adha, ada seorang datang kepada Kiai Bisyri di Denanyar, hendak menanyakan suatu permasalahan. Si tamu itu bermaksud qurban dengan menyembelih seekor sapi, tetapi dia bingung apakah boleh berkurban seekor sapi untuk delapan orang? Dalam ketentuan hukum fiqih, satu ekor sapi hanya boleh diperuntukkan tujuh orang, sedangkan keluarga si tamu seluruhnya ada delapan orang. Padahal dia ingin di akhirat nanti tetap bisa berkumpul bersama-sama dengan keluarganya dalam satu kendaraan, biar tidak tercerai berai gitu maksudnya.
Setelah menyimak penaduan si tamu tersebut, Kiai Bisyri terus menjawab; “ tidak bisa itu, kuban sapi, kerbau atau unta hanya berlaku untuk tujuh orang saja.”

Mendengar keterangan Kiai Bisyri itu si tamu itu tidak mau lantas menerima begitu saja, dia menawar, “Mbah Yai, masak tidak ada rukhshoh (keringanan)? Anak saya yang terakhir itu kan baru berusia tiga tahun?”
Menjawab pertanyaan si tamu itu Kiai Bisyri melanjutkan penjelasan beserta dalil hukumnya sekalian, dan kesimpulannya Kiai Bisyri tetap menjawab tidak bisa.

Karena merasa belum puas, orang itu kemudian mendatangi Kiai Wahab di sesa Tambakberas untuk mengadukan persoalan yang sama. Setelah Kiai Wahab mendengar persoalan yang diadukan orang tersebut, beliau lantas menjawab dengan ringan dan santai, “Bisa. Seekor sapi bisa digunakan untuk delapan orang. Tetapi karena anakmu yang paling akhir itu kan masih kecil, maka perlu ada tambahannya.”

Seketika orang tersebut nampak gembira demi mendengar jawaban Kiai Wahab tersebut. Dan Kiai Wahab melanjutkan, “Begini, anakmu itu kan masih kecil, agar dia bisa naik sapi yang tingginya melebihi dirinya, harus pakai tangga. Nah, sekarang sampean belikan seekor kambing supaya anak sampean yang masih kecil itu bisa naik ke punggung sapi.”

Dengan girang orang tersebut menjawab, “kalau cuma seekor kambing saya sanggup menyedikannya, Mbah Yai, jangankan seekor, dua ekor pun boleh. Yang penting kami sekeluarga bisa naik bersama-sama.” Dan orang tersebut segera berpamitan kepada Kiai Wahab.

*******

2 komentar:

  1. Hahahahahaha ni emang kiainya yang pinter
    atau santrinya yang parah dah !
    Tapi begitulah cerminan hidup,
    Manusia kadang tidak bisa melihat matahari
    karena terlalu terang, ia baru bisa melihat nya
    bila diberi penghalang ? lucu kan !

    BalasHapus
  2. hahaha... leres, Cak. Tak jarang karena saking "matahari" di depan kita jadi tak bisa melihatnya dengan jelas.

    BalasHapus