10 Mei 2010

Bahram Al Majusi

Dikisahkan oleh Abdullah Bin Mubarok.

Suatu ketika, saat aku baru saja menuaikan ibadah Haji ke Baitulloh. Ketika berada di Hijir Ismail aku tertidur di tempat itu dan bermimpi bertemu dengan Rosulullah. Dalam mimpiku itu Beliau bersabda,”Bila kamu pulang ke Baghdad nanti, masuklah ke daerah ini dan temuilah seorang bernama Bahram Al Majusi. Sampaikan salamku padanya dan katakan bahwa Allah telah meridhoinya!.” Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, lalu membaca : LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘ADHIM.

Saat itu aku berkeyakinan bahwa itu adalh impian setan. Maka aku segera bewudhu dan thawaf di sekeliling ka’bah. Kemudian akupun tertidur kembali dan seperti itu lagi. Hail ini berulang sampai tiga kali berturut-turut.

Setelah menuaikan rangkaian ibadah haji itu, aku lalu pulang ke Baghdad dan masuk ke sebuah tempat sebagaimana yang diisyaratkan Rosullah dalam mimpiku itu. Di daerah itu aku berusaha mencari rumah Bahram Al Majusi, dan ternyata dia adalah seorang lelaki yang usianya telah lanjut. Kemudian akubertanya kepadanya: “Wahai kisanak, benarkah kisanak ini adalah Bahram Al Majusi?”


Bahram: “Benar, silahkan duduk dulu. Aku baru saja membagi-bagikan pinjaman berbunga kepada orang-orang yang membutuhkan. Ya.. inilah pekerjaan yang baik bagiku.”

Aku (Abdullah Bin Mubarak): “Tuan, bukan menurut ajaran Nabi pekerjaan macam itu haram hukumnya?!. Adakah tuan memiliki pekerjaan yang lebih baik selain itu?”

Bahram: “Tentu saja kisanak! Aku memiliki empat orang putra dan empat orang putri. Kemudia keempat putriku itu aku kawinkan dengan keempat putraku.”

Aku: “ini juga haram hukumnya,Tuan! Adakah tuan memiliki amal yang lebih lagi selain itu?”
Bahram : “Ada! Ketika aku mengawinkan anak-anakku, aku mengadakan acara walimah dan mengundang orang-orang majusi.”
Aku : “Ini juga haram tuan… adakah amal baik selain yang itu?”

Bahram: “Ya, ada. Disamping keempat pasang anakku yan telah kukawinkan itu, aku masih memiliki seorang putri yang sangat cantik. Dialah wanita tercantik yang pernah kulihat di dunia ini. Karena itu, dia kuambil sebagai istriku sendiri. Lalu aku mengadakan walimah. Dan dalam walimah itu, aku mengundang seribu orang lebih.”

Aku : “wah, Itu malah lebih haram lagi, Tuan. Tidak ada lagikah yang lainnya?”
Bahram : “Ya, ada lagi. Pada suatu malam ketika usai menggauli anak perempuanku, tiba-tiba datang seorang muslimah. Wanita pemeluk agamamu itu menyalakan sebuah lampu di depan rumahku, maka aku pun menyalakan lampu kamar tidurku. Begitu lampu kamar tidurku menyala, tiba-tiba ia memadamkan lampu di depan itu, dan kemudian pergi dengan tiba-tiba. Lalu aku pun memadamkan lampu kamar.
Selang beberapa saat, dia datang lagi dan menyalakan lampu ruang tamu. Kemudian aku pun menyalakan lampu dalam kamarku. Aku berkata dalam hati, “Ini pasti seorang mata-mata dari komplotan pencuri.” Maka ketika dia keluar, aku langsung membuntutinya dari belakang. Ternyata dia langsung memasuki rumahnya sendiri. Aku mengintainya dari luar rumah, nampaknya dia telah ditunggu-tunggu oleh keempat orang anaknya yang semuanya perempuan. Maka begitu dia masuk, anak-anaknya itu langsung menyambutnya seraya berkata; “Wahai Ibu, apakah ibu membawakan makanan untuk kami? Kami sudah tak tahan lagi menahan lapar dan haus.” Dan sang Ibu menjawab; “Anak-anakku, aku merasa malu kepada Tuhanku untuk meminta-minta kepada selain kepadaNya. Apalagi meminta-minta kepada musuh Allah seperti tetangga kita yang beragama majusi itu!”

Mendengar kata-kata perempuan itu, aku merasa begitu iba. Dan aku langsung pulang mengambil sebuah baki yang kupenuhi dengan makanan, lalu kuantar sendiri ke rumah ibu tersebut, dan mereka pun nampak begitu gembira.”


Aku : “Nah, inilah, Tuan, yang lebih baik bagimu! Dan ketahuilah, saat ini aku membawa kabar gembira untukmu.”
Kemudian kuceritakan semua peristiwa yang terjadi dalam mimpiku itu. Tiba-tiba, tanpa kuduga sama sekali, Bahram Al-Majusi itu mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat: ASYHADU AN LAA ILAHA ILLALLAH WA ASAYHADU ANNA MUHAMMDAN ‘ABDUHU WARRASULUH.
Alangkah terkejutnya aku, karena begitu selesai mengucapkan ikrar dua kalimat kalimat syahadat itu, dia langsung tersungkur, dan ternyata telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kemudian dia kumandikan, kukafani, dan kushalati.”



******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar