30 Jul 2018

Thariqah

Suatu ketika para murid thariqah yang telah mendapat predikat senior diundang secara khusus oleh Sang Guru Mursyid. Dalam pertemuan khusus tersebut Sang Guru Mursyid memberi pertanyaan kepada semua yang hadir, "Apa yang kalian tahu tentang arti thariqah?"

Beberapa murid yang hadir menjawab dengan pengertian yang bersumber dari kitab-kitab tasawuf. Namun Sang Guru Mursyid menolak semua jawaban yang telah disampaikan, “Mau berthariqah aja kok sulit! Apa yang kalian sampaikan itu seperti omongan dari langit yang sulit dimengerti!”


Sang Guru mengumpan pertanyaan kembali kepada para murid untuk menjawabnya. Salah seorang murid yang saat itu duduk di barisan belakang  mengacungkan jari, “Saya, Kiai...”

"Ya, bagaimana?” Sahut Guru Mursyid,

“Tharikat adalah keinginan untuk berubah menjadi lebih baik,” jawab sang murid.

“Hanya itu saja?” sahut Sang Guru.

"Iya” jawab Sang Murid.

"Nah, itu yang lebih mendekati!”, timpal Sang Guru.

Ya, pengertian thariqah memang tidaklah rumit, dengan sebuah pengertian sederhana, semua orang dapat masuk dalam thariqah. Orang yang tidak baik kemudian berusaha merubah dirinya menjadi baik - maka ia berthariqah, orang yang tidak mau shalat kemudian ia mau belajar shalat - maka ia berthariqah, orang alim yang sombong dan munafiq kemudian melatih hatinya agar bersih dari sifat sifat tercela - maka ia berthariqah, orang kaya yang kikir dan loba,  kemudian ia mau berusaha bersyukur dan menjadi loman - maka ia berthariqah, orang yang tertimpa mushibah kemudian ia belajar sabar dan ridla - maka ia berthariqah, orang yang rizqi dunianya selalu kekurangan tetapi ia selalu berusaha qana'ah - maka ia berthariqah,  dst.. dst....

Kesemuanya itu disebut laku berthariqah. Tak peduli peduli apapun profesi orang itu, pencuri, pencoleng, pelacur, kiai, ulama, ustadz, konglomerat, tajir, pengusaha, kere, mbambung, dsb... Selama ia mau dan berkeinginan menjadi baik serta berusaha dalam tindakan nyata, maka ia berthariqah. Dan usaha-usaha itulah yang akan dibiji oleh Gusti Allah, bukan profesinya.

Maka ketika Sang Guru Mursyid menerima semua lapisan masyarakat untuk datang berikrar kepadanya, ada mantan gali sampai kiai, tak lain karena mereka semua berusaha untuk merubah dirinya menjadi lebih baik.

Salah seorang kiai di sebuah pesantren, melarang santrinya menyebut seorang santri yang ketahuan mencuri sebagai pencuri. “Ndak ada santri yang mencuri, dia cuman pinjam tapi tidak ngomong.", dawuh kiai tersebut.

Ucapan tersebut terlihat sepele , tetapi membawa sentuhan magis bagi santri yang mencuri, ia merasa dimanusiakan sehingga muncul hasrat dan keinginan untuk berubah menjadi baik, 
untuk memperbaiki diri.

Sedangkan bagi santri lainnya, dawuh tersebut mengajarkan bahwa manusia harus dipahami dengan kasih sayang. Siapapun orangnya berhak mendapatkan pengampunan dan kesempatan menjadi baik  selama hidupnya. Jangan mudah memberi label salah, sesat, dan jahat kepada seseorang. Bisa jadi beberapa tahun kemudian, atas kehendak Allah - mereka menjadi orang yang baik.

Mereka hanyalah orang yang sedang berproses menjadi lebih manusia. Dari yang jahat menjadi sedikit jahat, dari yang baik menjadi lebih baik, dst. Jika kita tergesa melabeli mereka sebagai penjahat atau ahli maksiat, mereka akan semakin menjauh, karena ia telah menutup pintu hatinya buat menerima kebaikan. Ya,  thariqah adalah pintu yang terbuka bagi siapa saja. Seperti  didendangkan Maulana Rumi,

“Kemari, datanglah, siapapun kau, petualang, penyembah berhala, pemuja api, kemari mendekatlah, meskipun kau telah mengingkari sumpah seribu kali, kemari mendekatlah. Kami bukanlah karavan keputus-asaan.”

Usaha berubah menjadi lebih baik ini memang tidaklah cukup hanya membenahi hubungan kita dengan Tuhan saja, namun juga membenahi hubungan dengan sesama. Seseorang yang rajin dalam beribadah kepada Allah namun berlaku buruk atau kurang peduli kepada sesama, maka  belum dikatakan berhasil dalam tharekat. Sebagaimana didawuhkan Syaikh Abdul Qadir Jailani ketika ditanya seseorang, "Apa sebab yang menjadikan sampean wushul kepada Allah?". Beliau menjawab, "Aku wushul kepada Allah bukan karena shalat, puasa, dan hajiku kepada Allah, tetapi karena pelayanan (khidmah)ku kepada sesama makhluq. Karena khidmah itu merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus memberi pertolongan sesama makhluq."

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar